Apabila kita melihat sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, di mana
saat itu kondisi pemuda Indonesia dalam tekanan yang sangat besar namun
dengan penuh semangat memberikan apa yang bisa diberikan, melaksanakan
apa yang bisa dilaksanakan. Pemuda pada masa itu menjadi ujung tombak
dalam mengantarkan bangsa dan negara menuju kemerdekaannya. Semangat ini
yang perlu kita teladani dan jadikan sebagai inspirasi bagi kita.
Pada masa itu, pemuda Indonesia tetap bersemangat untuk bisa memberikan kontribusi bagi tercapainya kemerdekaan walaupun tanpa dibekali modal harta kekayaan, bahkan tanpa fasilitas apapun. Semestinya kita, pemuda yang hidup di era modern saat ini, di mana kita sudah merdeka dan segala fasilitas telah tersedia, lebih mampu memberikan kontribusi yang lebih besar demi meneruskan cita-cita para pendahulu kita terhadap bangsa dan negara ini.
Di masa sekarang ini, sering kita melihat atau mendengar banyak pemuda Indonesia melakukan hal-hal yang buruk, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungannya. Jarang sekali kita melihat atau mendengar pemuda Indonesia melakukan hal-hal yang baik, terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya.
Perlu saya tekankan di sini mengapa saya menggunakan kata "baik" dan "buruk". Kata "baik" yang saya gunakan merujuk kepada sesuatu yang benar, bermoralitas tinggi dan berakhlak mulia, sejalan dengan norma, nilai, dan kebiasaan masyarakat. Kata "buruk" saya terjemahkan sebagai sesuatu yang tidak terpuji, terkutuk, melanggar norma, nilai, dan kebiasaan masyarakat.
Apa yang terjadi pada pemuda kita di masa kini? Apakah hal-hal yang baik sudah kalah oleh hal-hal yang buruk? Rentetan pertanyaan yang selalu berdengung di telinga kita, pemuda generasi penerus bangsa.
Pada masa itu, pemuda Indonesia tetap bersemangat untuk bisa memberikan kontribusi bagi tercapainya kemerdekaan walaupun tanpa dibekali modal harta kekayaan, bahkan tanpa fasilitas apapun. Semestinya kita, pemuda yang hidup di era modern saat ini, di mana kita sudah merdeka dan segala fasilitas telah tersedia, lebih mampu memberikan kontribusi yang lebih besar demi meneruskan cita-cita para pendahulu kita terhadap bangsa dan negara ini.
Di masa sekarang ini, sering kita melihat atau mendengar banyak pemuda Indonesia melakukan hal-hal yang buruk, baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungannya. Jarang sekali kita melihat atau mendengar pemuda Indonesia melakukan hal-hal yang baik, terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya.
Perlu saya tekankan di sini mengapa saya menggunakan kata "baik" dan "buruk". Kata "baik" yang saya gunakan merujuk kepada sesuatu yang benar, bermoralitas tinggi dan berakhlak mulia, sejalan dengan norma, nilai, dan kebiasaan masyarakat. Kata "buruk" saya terjemahkan sebagai sesuatu yang tidak terpuji, terkutuk, melanggar norma, nilai, dan kebiasaan masyarakat.
Apa yang terjadi pada pemuda kita di masa kini? Apakah hal-hal yang baik sudah kalah oleh hal-hal yang buruk? Rentetan pertanyaan yang selalu berdengung di telinga kita, pemuda generasi penerus bangsa.
Dalam beberapa waktu terakhir, istilah
"cabe-cabean" sedang ramai dibicarakan Setelah istilah alay, jablay, dan
lebay, kini fenomena cabe-cabean
muncul. Seperti istilah-istilah sebelumnya, orang yang pertama
memunculkan istilah ini tidak diketahui. Istilah yang muncul di akhir
tahun 2013 ini seakan mencerminkan keadaan psikologis remaja yang kian
membutuhkan banyak perhatian. Cabe-cabean adalah sebutan bagi remaja putri yang senang keluyuran malam
dan nongkrong di balapan liar. Sementara terong-terongan terjadi pada remaja pria disebut dengan
fenomena terong-terongan. Biasanya remaja pria ini senang dengan kehidupan
malam, suka tawuran, dan menghisap ganja.
Berikut cara mengenal atau mengidentifikasi Gadis Cabe-cabean.
3B: Behel, Blackberry dan Berponi
Ciri untuk mengenali Gadis Cabe-cabean
dan Terong-terongan adalah 3B, Behel, Blackberry dan Berponi. Behel yang
asalnya digunakan untuk merapikan gigi bagi
mereka behel hanya sekedar gaya. Nekatnya lagi mereka memakai behel ala
kadaranya saja tidak melalui konsultasi dokter gigi, maklum konsultasi
ke dokter gigi cukup mahal. B yang kedua
adalah Blackberry bagi mereka Blackberry dipakai untuk gaya dan sekedar
update status BBM tanpa memahami apa kegunaan asli Blackberry.
Make up salah waktu, kadang muka lebih putih dari leher. Model
make up gadis cabe-cabean terkesan dipaksakan. Saking ngebetnya pengen
makeup berlebih dan tidak jarang kulit muka berbeda dengan warna kutil
leher dan badan.
Boncengan bertiga, sambil main HP, ngebut buat cari perhatian
Diantara sekian ciri yang disebutkan diatas, ciri yang satu ini terbilang cukup berbahaya, mereka suka berkendara sepeda motor dengan membonceng lebih dari dua orang, misalnya tiga orang, bisa juga sampai empat orang, jangan ditiru!. Alih-alih membawa motor dengan hati-hati, mereka justru doyan ngebut dengan harapan dianggap keren oleh orang yang melihatnya. Lucunya lagi, gadis cabe-cabean kerap kali melewati segerombolan pria nongkrong dengan memacu kencang motornya demi menarik perhatian.
Diantara sekian ciri yang disebutkan diatas, ciri yang satu ini terbilang cukup berbahaya, mereka suka berkendara sepeda motor dengan membonceng lebih dari dua orang, misalnya tiga orang, bisa juga sampai empat orang, jangan ditiru!. Alih-alih membawa motor dengan hati-hati, mereka justru doyan ngebut dengan harapan dianggap keren oleh orang yang melihatnya. Lucunya lagi, gadis cabe-cabean kerap kali melewati segerombolan pria nongkrong dengan memacu kencang motornya demi menarik perhatian.
Enggak pernah mengaku cabe
Gadis cabe-cabean tidak pernah mengakui dirinya sendiri.
Kegiatan wajib hari ini: update status
Kegiatan wajib yang tidak boleh terlewat dari
gadis cabe-cabean adalah update status di media sosial dan instant
messaging. Bahkan biasanya memberi kabar yang penting seakan banyak
orang yang peduli. Belum lagi pemakaian kata-kata yang berlebihan dengan
susunan huruf angka dicampur.
Pacaran di sembarang tempat
Mereka akan banyak “bertebaran” di keramaian, kadang bersembunyi di tempat-tempat gelap. Mereka dengan santai memarkir motor di pinggiran jembatan layang dan duduk berdempet dengan sang kekasih sambil menikmati lampu malam kota.
Mereka akan banyak “bertebaran” di keramaian, kadang bersembunyi di tempat-tempat gelap. Mereka dengan santai memarkir motor di pinggiran jembatan layang dan duduk berdempet dengan sang kekasih sambil menikmati lampu malam kota.
Pasang foto editan
Di foto profil Facebook atau Avatar Twitter
akan terlihat cantik, saat ditemui akan jauh berbeda. Mereka seringkali
mengedit foto diri menjadi lebih putih, lebih mulus dan lebih imut demi
menarik perhatian lawan jenis dan agar bisa bertemu.
Berbaju Minim di Banyak Tempat
Seperti ditulis kapanlagi.com, Jumat
(27/12/2013), baju ketat dan celana pendek adalah ciri khas gadis
cabe-cabean terutama jika naik sepeda motor. Memamerkan paha mereka
adalah hal yang biasa. Kerap kali gadis cabe-cabean begitu percaya diri
memakai baju serba minim dan ketat meskipun tidak cocok.
Penyebab adanya Gadis Cabe-cabean dan Terong-terongan
Banyak faktor yang menyebabkan fenomena ini muncul. Setidaknya ada tiga faktor utama yang memiliki andil khusus.
Pertama, faktor media. Tak
dapat dipungkiri, tayangan di televisi tidak banyak memberikan tuntunan
yang mendidik dan membangun. Khususnya pada segmen remaja. Gaya hidup
yang diperlihatkan dalam sinetron-sinetron atau drama-drama impor
sedikit banyak mempengaruhi remaja kita untuk menirunya. Lihat saja
bagaimana cara berpakaian dan gaya hidup mereka dijiplak habis oleh
remaja putri dalam komunitas cabe-cabean ini.
Kedua adalah faktor keluarga, dalam
hal ini adalah orang tua. Pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak
tidak boleh lepas begitu saja. Kebutuhan seorang anak tidak hanya
sekedar materi namun juga kasih sayang dan perhatian. Salah satu mengapa
fenomena ini muncul adalah banyaknya remaja-remaja broken home yang
mencari pelampiasan dengan cara-cara negatif.
Ketiga, faktor lingkungan. Lingkungan terdekat dari remaja adalah sekolah dan teman-teman bergaulnya.
Komentar Kak Seto (psikolog anak)
Kak Seto menegaskan cabe cabean adalah fenomena yang umum terjadi. “Usia muda sekitar SMP SMA itu karena hasrat seksual libidonya itu tinggi. Karena banyak ditahan perasaannya sehingga mereka menyalurkannya ke perilaku berisiko seperti cabe-cabean,” kata Kak Seto
Kak Seto menegaskan cabe cabean adalah fenomena yang umum terjadi. “Usia muda sekitar SMP SMA itu karena hasrat seksual libidonya itu tinggi. Karena banyak ditahan perasaannya sehingga mereka menyalurkannya ke perilaku berisiko seperti cabe-cabean,” kata Kak Seto
Untuk menghindari hal tersebut Kak Seto
menyarankan orangtua perlu menyalurkan perasaan terpendam lewat hal-hal
positif. “Seharusnya orang tua cabe-cabean itu menyalurkan emosi anaknya
dengan melibatkan anak ke hal-hal positif misalnya ikut les. Libatkan
mereka ke dalam kegiatan positif selain itu kasih sayang dan perhatian
jangan sampai berkurang. Sesibuk-sibuknya orangtua harus tetap
memperhatikan dan mencurahkan kasih sayang,” ujarnya.
Cabe-cabean ini dikenal pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Atas (SMA). Usia belasan tahun inilah yang dikenal
dengan usia rawan akan pengaruh dari luar dirinya. Oleh karena itu,
keluarga berperan sangat penting dalam perkembangan psikologis remaja.
Apa lagi dalam usia rawan ini, mereka sedang membutuhkan perhatian dan
bimbingan dari orang-orang terdekatnya seperti orang tua.
Peran orang tua sebagai pembimbing di sini sangat berpengaruh terhadap perkembangan diri anak mereka. Jika orang tua memberikan bimbingan dan perhatian yang cukup, maka anak-anak remaja mereka akan terhindar dari kebiasaan-kebiasaan jelek. Fenomena cabe-cabean ini dapat menjadi satu contoh kurangnya perhatian dan didikan orang tua.
Bapak psikologi remaja Stanley Hall mengemukakan masa remaja sebagai masa badai dan tekanan (storm and stress), di mana remaja menghadapi tekanan dan berbagai permasalahan terkait psikis, fisiologis, dan sosial. Cabe-cabean yang sekarang marak diperbincangkan adalah satu contoh dari permasalahan sosial remaja.
Pengawasan remaja yang dilakukan oleh orang dewasa kini sudah sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena lingkungan pergaulan remaja yang sudah meluas. Ketika orang tua memberikan berbagai peraturan yang bentuknya mengekang anak mereka, sedangkan di satu sisi mereka juga telah mengalami persoalan-persoalan moral. Di antaranya, dengan teman sebaya, pacar, lingkungan sekolah, pemikiran idealis, dan harapan-harapan yang tidak tercapai.
Faktor-faktor inilah yang menjadikan mereka keluar dari norma-norma yang telah diberikan oleh keluarganya. Mereka mulai menjadi penentang orang tua dan sulit diatur. Lalu cabe-cabean ini muncul sebagai bentuk permasalahan remaja yang berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.
Dengan begitu, orang tua diharapkan mampu untuk lebih bersabar dalam mendidik anak-anak mereka yang menginjak masa remaja. Juga, orang tua harus mempunyai pemahaman yang baik atas perubahan perilaku anak mereka yang menginjak usia remaja, agar perubahan perilaku tersebut dapat diatasi dengan baik.
Peran orang tua sebagai pembimbing di sini sangat berpengaruh terhadap perkembangan diri anak mereka. Jika orang tua memberikan bimbingan dan perhatian yang cukup, maka anak-anak remaja mereka akan terhindar dari kebiasaan-kebiasaan jelek. Fenomena cabe-cabean ini dapat menjadi satu contoh kurangnya perhatian dan didikan orang tua.
Bapak psikologi remaja Stanley Hall mengemukakan masa remaja sebagai masa badai dan tekanan (storm and stress), di mana remaja menghadapi tekanan dan berbagai permasalahan terkait psikis, fisiologis, dan sosial. Cabe-cabean yang sekarang marak diperbincangkan adalah satu contoh dari permasalahan sosial remaja.
Pengawasan remaja yang dilakukan oleh orang dewasa kini sudah sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini disebabkan karena lingkungan pergaulan remaja yang sudah meluas. Ketika orang tua memberikan berbagai peraturan yang bentuknya mengekang anak mereka, sedangkan di satu sisi mereka juga telah mengalami persoalan-persoalan moral. Di antaranya, dengan teman sebaya, pacar, lingkungan sekolah, pemikiran idealis, dan harapan-harapan yang tidak tercapai.
Faktor-faktor inilah yang menjadikan mereka keluar dari norma-norma yang telah diberikan oleh keluarganya. Mereka mulai menjadi penentang orang tua dan sulit diatur. Lalu cabe-cabean ini muncul sebagai bentuk permasalahan remaja yang berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja.
Dengan begitu, orang tua diharapkan mampu untuk lebih bersabar dalam mendidik anak-anak mereka yang menginjak masa remaja. Juga, orang tua harus mempunyai pemahaman yang baik atas perubahan perilaku anak mereka yang menginjak usia remaja, agar perubahan perilaku tersebut dapat diatasi dengan baik.
Kita semua sepakat bahwa fenomena ini perlu
mendapatkan perhatian. Tak ada yang menginginkan generasi muda Indonesia
menjadi generasi yang hidupnya sia-sia. Di sisi lain masa remaja
menyimpan potensi yang sangat besar untuk pembentukkan karakter di usia
dewasa. Banyak peran yang bisa kita lakukan dan kita bisa mulai bergerak
dari sekarang.
Pertama, peran keluarga. Dari
keluargalah penanaman nilai-nilai agama dimulai. Anak-anak disadarkan
bahwa dia diciptakan di dunia ini dengan tujuan khusus, yakni taqwa.
Orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.
Kedua, lingkungan. Masyarakat
perlu ikut andil dalam menjaga lingkungan sekitarnya dari hal-hal
semacam ini. Sikap individualis dan apatis harus dibuang jauh. Tindakkan
amar ma’ruf nahyi mungkar tak boleh disepelekan.
Ketiga, peran negara.
Perlu ada regulasi atau kebijakan yang menjaga remaja kita. Dari mulai
siaran media, lingkungan, pendidikan, dsb. Jangan sampai kondisi seperti
ini dibiarkan berlarut-larut.
Kita pun harus menyadari bahwa masalah ini
adalah efek domino dari sistem kapitalisme yang diterapkan. Persoalan
ekonomi, politik, hukum, pendidikan, sosial, semuanya adalah mata rantai
yang saling berkaitan. Karena itu upaya jangka panjang yang tak boleh
terlupakan adalah mengganti sistem yang ada dengan sistem yang lebih
baik.
SUMBER :
http://sopianpahmi.blogspot.co.id/2014/10/pemuda-dan-fenomena-cabe-cabean-apabila.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar